YANG HARUS KITA KETAHUI
DALAM MEMBONGKAR KESESATAN MEREKA
DALAM MEMBONGKAR KESESATAN MEREKA
Serupa tapi tak sama. Barangkali
ungkapan ini tepat untuk menggambarkan Islam dan kelompok Syi’ah. Secara
fisik, memang sulit dibedakan antara penganut Islam dengan Syi’ah.
Namun jika ditelusuri—terutama dari sisi akidah—perbedaan di antara
keduanya ibarat minyak dan air. Sehingga tidak mungkin disatukan.
Apa Itu Syi’ah?
Syi’ah menurut etimologi bahasa Arab bermakna pembela dan pengikut seseorang. Selain itu juga bermakna: Setiap kaum yang berkumpul di atas suatu perkara. (Tahdzibul Lughah 3/61, karya Azhari dan Tajul Arus 5/405, karya az-Zabidi. Dinukil dari kitab Firaq Mu’ashirah, 1/31, karya Dr. Ghalib bin ‘Ali al-Awaji). Adapun menurut terminologi syariat bermakna: Mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abu Thalib z lebih utama dari seluruh sahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucu sepeninggal beliau.
(al-Fishal fil Milali wal Ahwa wan Nihal, 2/113, karya Ibnu Hazm)
Syi’ah, dalam sejarahnya mengalami
sejumlah pergeseran. Seiring dengan bergulirnya waktu, kelompok ini
terpecah menjadi lima sekte yaitu Kaisaniyyah, Imamiyyah (Rafidhah),
Zaidiyyah, Ghulat, dan Isma’iliyyah. Dari kelimanya, lahir sekian banyak
cabang-cabangnya. (al-Milal wan Nihal, hlm. 147, karya
asy-Syihristani). Tampaknya, yang terpenting untuk diangkat pada
kesempatan kali ini adalah sekte Imamiyyah atau Rafidhah, yang sejak
dahulu hingga kini berjuang keras untuk menghancurkan Islam dan kaum
muslimin. Dengan segala cara, kelompok sempalan ini terus-menerus
menebarkan berbagai macam kesesatannya. Terlebih lagi kini didukung
dengan negara Iran-nya.
Rafidhah رَافِضَة, diambil dari رَفَضَ –
يَرْفُضُ yang menurut etimologi bahasa Arab bermakna تَرَكَ – يَتْرُكُ,
meninggalkan (al-Qamus al-Muhith, hlm. 829). Sedangkan dalam
terminologi syariat bermakna: Mereka yang menolak imamah (kepemimpinan)
Abu Bakr dan Umar, berlepas diri dari keduanya, dan mencela sekaligus
menghina para sahabat Nabi n. (Badzlul Majhud fi Itsbati Musyabahatir
Rafidhati lil Yahud, 1/85, karya Abdullah al-Jumaili). Abdullah bin
Ahmad bin Hanbal berkata, “Aku telah bertanya kepada ayahku, siapa
Rafidhah itu?” Maka beliau menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang
mencela Abu Bakr dan Umar”
(Ash-Sharimul Maslul ‘Ala Syatimir Rasul hlm. 567, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah)
(Ash-Sharimul Maslul ‘Ala Syatimir Rasul hlm. 567, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah)
Sebutan “Rafidhah” ini erat kaitannya
dengan Zaid bin ‘Ali bin Husain bin ‘Ali bin Abu Thalib dan para
pengikutnya ketika memberontak kepada Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan
di tahun 121 H. (Badzlul Majhud, 1/86)
Asy-Syaikh Abul Hasan al-Asy’ari berkata :
“Zaid bin ‘Ali adalah seorang yang
melebihkan ‘Ali bin Abu Thalib z atas seluruh sahabat Rasulullah n,
mencintai Abu Bakr dan ‘Umar, serta memandang bolehnya memberontak1
terhadap para pemimpin yang jahat. Maka ketika ia muncul di Kufah, di
tengah-tengah para pengikut yang membai’atnya, ia mendengar dari
sebagian mereka celaan terhadap Abu Bakr dan ‘Umar. Ia pun
mengingkarinya, hingga akhirnya mereka (para pengikutnya)
meninggalkannya. Maka ia katakan kepada mereka:
رَفَضْتُمُوْنِي؟
“Kalian tinggalkan aku?”
Maka dikatakanlah bahwa penamaan mereka
dengan Rafidhah dikarenakan perkataan Zaid kepada mereka
“Rafadhtumuunii.” (Maqalatul Islamiyyin, 1/137)
Demikian pula yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah t dalam Majmu’ Fatawa (13/36). Rafidhah pasti Syi’ah, sedangkan Syi’ah belum tentu Rafidhah. Karena tidak semua Syi’ah membenci Abu Bakr dan ‘Umar sebagaimana keadaan Syi’ah Zaidiyyah. Rafidhah sendiri terpecah menjadi beberapa cabang. Namun yang lebih ditonjolkan dalam pembahasan kali ini adalah al-Itsna ‘Asyariyyah.
Demikian pula yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah t dalam Majmu’ Fatawa (13/36). Rafidhah pasti Syi’ah, sedangkan Syi’ah belum tentu Rafidhah. Karena tidak semua Syi’ah membenci Abu Bakr dan ‘Umar sebagaimana keadaan Syi’ah Zaidiyyah. Rafidhah sendiri terpecah menjadi beberapa cabang. Namun yang lebih ditonjolkan dalam pembahasan kali ini adalah al-Itsna ‘Asyariyyah.
Siapakah Pencetusnya ?
Pencetus pertama bagi paham Syi’ah Rafidhah ini adalah seorang Yahudi dari negeri Yaman (Shan’a) yang bernama Abdullah bin Saba’ al-Himyari, yang menampakkan keislaman di masa kekhalifahan ‘Utsman bin Affan2. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Asal ar-Rafdh ini dari munafiqin dan zanadiqah (orang-orang yang menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekafiran, pen). Pencetusnya adalah Abdullah bin Saba’ az-Zindiq. Ia tampakkan sikap ekstrem di dalam memuliakan ‘Ali, dengan suatu slogan bahwa ‘Ali yang berhak menjadi imam (khalifah) dan ia adalah seorang yang ma’shum (terjaga dari segala dosa, pen).” (Majmu’ Fatawa, 4/435)
Sesatkah Syi’ah Rafidhah ?
Berikut ini akan dipaparkan prinsip (akidah) mereka dari kitab-kitab
mereka yang ternama, untuk kemudian para pembaca bisa menilai sejauh
mana kesesatan mereka.
a. Tentang Al-Qur’an
Di dalam kitab al-Kafi (yang kedudukannya di sisi mereka seperti Shahih al-Bukhari di sisi kaum muslimin), karya Abu Ja’far Muhammad bin Ya’qub al-Kulaini (2/634), dari Abu Abdullah (Ja’far ash-Shadiq), ia berkata, “Sesungguhnya Al-Qur’an yang dibawa Jibril kepada Muhammad (ada) 17.000 ayat.”
Di dalam kitab al-Kafi (yang kedudukannya di sisi mereka seperti Shahih al-Bukhari di sisi kaum muslimin), karya Abu Ja’far Muhammad bin Ya’qub al-Kulaini (2/634), dari Abu Abdullah (Ja’far ash-Shadiq), ia berkata, “Sesungguhnya Al-Qur’an yang dibawa Jibril kepada Muhammad (ada) 17.000 ayat.”
Di dalam Juz 1, hlm. 239—240, dari Abu Abdillah ia berkata,
“…Sesungguhnya di sisi kami ada mushaf Fathimah ‘alaihassalam. Mereka
tidak tahu apa mushaf Fathimah itu. Abu Bashir berkata, ‘Apa mushaf
Fathimah itu?’ Ia (Abu Abdillah) berkata, ‘Mushaf tiga kali lipat dari
apa yang terdapat di dalam mushaf kalian. Demi Allah, tidak ada padanya
satu huruf pun dari Al-Qur’an kalian…’.” (Dinukil dari kitab asy-Syi’ah
wal Qur’an, hlm. 31—32, karya Ihsan Ilahi Zhahir)
Bahkan salah seorang “ahli hadits” mereka yang bernama Husain bin
Muhammad at-Taqi an-Nuri ath-Thabrisi telah mengumpulkan sekian banyak
riwayat dari para imam mereka yang ma’shum (menurut mereka), di dalam
kitabnya Fashlul Khithab fii Itsbati Tahrifi Kitabi Rabbil Arbab, yang
menjelaskan bahwa Al-Qur’an yang ada ini telah mengalami perubahan dan
penyimpangan.
b. Tentang sahabat Rasulullah
Diriwayatkan oleh “imam al-jarh wat ta’dil” mereka (al-Kisysyi) di dalam kitabnya Rijalul Kisysyi (hlm. 12—13) dari Abu Ja’far (Muhammad al-Baqir) bahwa ia berkata, “Manusia (para sahabat) sepeninggal Nabi, dalam keadaan murtad kecuali tiga orang,” maka aku (rawi) berkata, “Siapakah tiga orang itu?” Ia (Abu Ja’far) berkata, “Al-Miqdad bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifari, dan Salman al-Farisi…” kemudian menyebutkan surat Ali Imran ayat ke-144. (Dinukil dari asy-Syi’ah al-Imamiyyah al-Itsna ‘Asyariyyah fi Mizanil Islam, hlm. 89)
Diriwayatkan oleh “imam al-jarh wat ta’dil” mereka (al-Kisysyi) di dalam kitabnya Rijalul Kisysyi (hlm. 12—13) dari Abu Ja’far (Muhammad al-Baqir) bahwa ia berkata, “Manusia (para sahabat) sepeninggal Nabi, dalam keadaan murtad kecuali tiga orang,” maka aku (rawi) berkata, “Siapakah tiga orang itu?” Ia (Abu Ja’far) berkata, “Al-Miqdad bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifari, dan Salman al-Farisi…” kemudian menyebutkan surat Ali Imran ayat ke-144. (Dinukil dari asy-Syi’ah al-Imamiyyah al-Itsna ‘Asyariyyah fi Mizanil Islam, hlm. 89)
Ahli hadits mereka, Muhammad bin Ya’qub al-Kulaini berkata, “Manusia
(para sahabat) sepeninggal Nabi dalam keadaan murtad kecuali tiga orang:
al-Miqdad bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifari, dan Salman al-Farisi.”
(al-Kafi, 8/248, dinukil dari asy-Syi’ah wa Ahlil Bait, hlm. 45, karya
Ihsan Ilahi Zhahir)
Demikian pula yang dinyatakan oleh Muhammad Baqir al-Husaini al-Majlisi
di dalam kitabnya Hayatul Qulub, 3/640. (Lihat kitab asy-Syi’ah wa Ahlil
Bait, hlm. 46)
Adapun sahabat Abu Bakr dan ‘Umar , dua manusia terbaik setelah Rasulullah, mereka cela dan laknat. Bahkan berlepas diri dari keduanya merupakan bagian dari prinsip agama mereka. Oleh karena itu, didapati dalam kitab bimbingan doa mereka (Miftahul Jinan, hlm. 114), wirid laknat untuk keduanya:
Adapun sahabat Abu Bakr dan ‘Umar , dua manusia terbaik setelah Rasulullah, mereka cela dan laknat. Bahkan berlepas diri dari keduanya merupakan bagian dari prinsip agama mereka. Oleh karena itu, didapati dalam kitab bimbingan doa mereka (Miftahul Jinan, hlm. 114), wirid laknat untuk keduanya:
اللَّهُمَّ
صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ، وَالْعَنْ صَنَمَيْ
قُرَيْشٍ وَجِبْتَيْهِمَا وَطَاغُوْتَيْهِمَا وَابْنَتَيْهِمَا
“Ya Allah, semoga shalawat selalu
tercurahkan kepada Muhammad dan keluarganya, laknatlah kedua berhala
Quraisy (Abu Bakr dan Umar), setan dan thaghut keduanya, serta kedua
putri mereka….”
Yang dimaksud dengan kedua putri mereka adalah Ummul Mukminin ‘Aisyah
dan Hafshah (pen). (Dinukil dari kitab al-Khuthuth al-‘Aridhah, hlm. 18,
karya as-Sayyid Muhibbuddin al-Khatib)
Mereka juga berkeyakinan bahwa Abu Lu’lu’ah al-Majusi, si pembunuh
Amirul Mukminin ‘Umar bin al-Khaththab, adalah seorang pahlawan yang
bergelar “Baba Syuja’uddin” (seorang pemberani dalam membela agama).
Hari kematian ‘Umar dijadikan sebagai hari “Iedul Akbar”, hari
kebanggaan, hari kemuliaan, kesucian, hari barakah, serta hari sukaria.
(al-Khuthuth al-‘Aridhah, hlm. 18)
Adapun ‘Aisyah dan para istri
Rasulullah lainnya, mereka yakini sebagai pelacur—na’udzu billah min
dzalik—. Sebagaimana yang terdapat dalam kitab mereka Ikhtiyar
Ma’rifatir Rijal (hlm. 57—60) karya ath-Thusi, dengan menukilkan (secara
dusta) perkataan sahabat Abdullah bin ‘Abbas terhadap ‘Aisyah, “Kamu
tidak lain hanyalah seorang pelacur dari sembilan pelacur yang
ditinggalkan oleh Rasulullah….” (Dinukil dari kitab Daf’ul Kadzibil
Mubin al-Muftara Minarrafidhati ‘ala Ummahatil Mukminin, hlm. 11, karya
Dr. Abdul Qadir Muhammad ‘Atha)
Demikianlah, betapa keji dan kotornya mulut mereka. Oleh karena itu,
al-Imam Malik bin Anas t berkata, “Mereka itu adalah suatu kaum yang
berambisi untuk menghabisi Nabi namun tidak mampu. Maka akhirnya mereka
cela para sahabatnya agar kemudian dikatakan bahwa ia (Nabi Muhammad)
adalah seorang yang jahat. Karena, kalau memang ia orang saleh, niscaya
para sahabatnya adalah orang-orang saleh.” (ash-Sharimul Maslul ‘ala
Syatimirrasul, hlm. 580)
c. Tentang imamah (Kepemimpinan Umat)
Imamah menurut mereka merupakan rukun Islam yang paling utama3. Diriwayatkan dari al-Kulaini dalam al-Kafi (2/18) dari Zurarah dari Abu Ja’far, ia berkata, “Islam dibangun di atas lima perkara:… shalat, zakat, haji, shaum, dan wilayah (imamah)…” Zurarah berkata, “Aku katakan, mana yang paling utama?” Ia berkata, “Yang paling utama adalah wilayah.” (Dinukil dari Badzlul Majhud, 1/174)
Imamah menurut mereka merupakan rukun Islam yang paling utama3. Diriwayatkan dari al-Kulaini dalam al-Kafi (2/18) dari Zurarah dari Abu Ja’far, ia berkata, “Islam dibangun di atas lima perkara:… shalat, zakat, haji, shaum, dan wilayah (imamah)…” Zurarah berkata, “Aku katakan, mana yang paling utama?” Ia berkata, “Yang paling utama adalah wilayah.” (Dinukil dari Badzlul Majhud, 1/174)
Imamah ini (menurut mereka, red.) adalah hak ‘Ali bin Abu Thalib dan
keturunannya, sesuai dengan nash wasiat Rasulullah . Adapun selain
mereka (Ahlul Bait) yang telah memimpin kaum muslimin, seperti Abu Bakr,
‘Umar, dan yang sesudah mereka hingga hari ini, walaupun telah berjuang
untuk Islam, menyebarkan dakwah dan meninggikan kalimatullah di muka
bumi, serta memperluas dunia (wilayah) Islam, maka sesungguhnya mereka
hingga hari kiamat adalah para perampas (kekuasaan). (Lihat al-Khuthuth
al-‘Aridhah, hlm. 16—17)
Mereka pun berkeyakinan bahwa para imam
ini ma’shum (terjaga dari segala dosa) dan mengetahui hal-hal yang
ghaib. al-Khumaini (Khomeini) berkata, “Kami bangga bahwa para imam kami
adalah para imam yang ma’shum, mulai ‘Ali bin Abu Thalib hingga
Penyelamat Umat manusia al-Imam al-Mahdi, sang penguasa zaman—baginya
dan bagi nenek moyangnya beribu-ribu penghormatan dan salam—yang dengan
kehendak Allah Yang Mahakuasa, ia hidup (pada saat ini) seraya mengawasi
perkara-perkara yang ada.” (al-Washiyyah al-Ilahiyyah, hlm. 5, dinukil
dari Firaq Mu’ashirah, 1/192)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah t dalam kitabnya Minhajus Sunnah,
benar-benar secara rinci membantah satu per satu kesesatan-kesesatan
mereka, terkhusus masalah imamah yang selalu mereka tonjolkan ini.
d. Tentang Taqiyyah
Taqiyyah adalah berkata atau berbuat sesuatu yang berbeda dengan keyakinan, dalam rangka nifaq (kemunafikan), dusta, dan menipu umat manusia. (Lihat Firaq Mu’ashirah, 1/195 dan asy-Syi’ah al-Itsna ‘Asyariyyah, hlm. 80)
Mereka berkeyakinan bahwa taqiyyah ini bagian dari agama. Bahkan sembilan per sepuluh agama. Al-Kulaini meriwayatkan dalam al-Kafi (2/175) dari Abu Abdillah, ia berkata kepada Abu Umar al-A’jami, “Wahai Abu ‘Umar, sesungguhnya 9/10 dari agama ini adalah taqiyyah. Tidak ada agama bagi siapa saja yang tidak ber-taqiyyah.” (Dinukil dari Firaq Mu’ashirah, 1/196)
Taqiyyah adalah berkata atau berbuat sesuatu yang berbeda dengan keyakinan, dalam rangka nifaq (kemunafikan), dusta, dan menipu umat manusia. (Lihat Firaq Mu’ashirah, 1/195 dan asy-Syi’ah al-Itsna ‘Asyariyyah, hlm. 80)
Mereka berkeyakinan bahwa taqiyyah ini bagian dari agama. Bahkan sembilan per sepuluh agama. Al-Kulaini meriwayatkan dalam al-Kafi (2/175) dari Abu Abdillah, ia berkata kepada Abu Umar al-A’jami, “Wahai Abu ‘Umar, sesungguhnya 9/10 dari agama ini adalah taqiyyah. Tidak ada agama bagi siapa saja yang tidak ber-taqiyyah.” (Dinukil dari Firaq Mu’ashirah, 1/196)
Oleh karena itu, al-Imam Malik ketika ditanya tentang mereka, beliau
berkata, “Jangan kamu berbincang dengan mereka dan jangan pula
meriwayatkan dari mereka, karena sungguh mereka itu selalu berdusta.”
Demikian pula al-Imam asy-Syafi’i t berkata, “Aku belum pernah tahu ada yang melebihi Rafidhah dalam persaksian palsu.”
(Mizanul I’tidal, 2/27—28, karya al-Imam adz-Dzahabi)
Demikian pula al-Imam asy-Syafi’i t berkata, “Aku belum pernah tahu ada yang melebihi Rafidhah dalam persaksian palsu.”
(Mizanul I’tidal, 2/27—28, karya al-Imam adz-Dzahabi)
e. Tentang Raj’ah
Raj’ah adalah keyakinan hidupnya kembali orang yang telah meninggal. ‘Ahli tafsir’ mereka, al-Qummi ketika menafsirkan surat an-Nahl ayat 85, berkata, “Yang dimaksud dengan ayat tersebut adalah raj’ah.” Kemudian dia menukil dari Husain bin ‘Ali bahwa ia berkata tentang ayat ini, ‘Nabi kalian dan Amirul Mukminin (‘Ali bin Abu Thalib ) serta para imam ‘alaihimus salam akan kembali kepada kalian’.”
(Dinukil dari kitab Atsarut Tasyayyu’ ‘alar Riwayatit Tarikhiyyah, hlm. 32, karya Dr. Abdul ‘Aziz Nurwali)
Raj’ah adalah keyakinan hidupnya kembali orang yang telah meninggal. ‘Ahli tafsir’ mereka, al-Qummi ketika menafsirkan surat an-Nahl ayat 85, berkata, “Yang dimaksud dengan ayat tersebut adalah raj’ah.” Kemudian dia menukil dari Husain bin ‘Ali bahwa ia berkata tentang ayat ini, ‘Nabi kalian dan Amirul Mukminin (‘Ali bin Abu Thalib ) serta para imam ‘alaihimus salam akan kembali kepada kalian’.”
(Dinukil dari kitab Atsarut Tasyayyu’ ‘alar Riwayatit Tarikhiyyah, hlm. 32, karya Dr. Abdul ‘Aziz Nurwali)
f. Tentang al-Bada’
Al-Bada’ adalah mengetahui sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui. Mereka berkeyakinan bahwa al-Bada’ ini terjadi pada Allah l. Bahkan mereka berlebihan dalam hal ini. Al-Kulaini dalam al-Kafi (1/111), meriwayatkan dari Abu Abdillah (ia berkata), “Tidak ada pengagungan kepada Allah yang melebihi al-Bada’.” (Dinukil dari Firaq Mu’ashirah, 1/252)
Al-Bada’ adalah mengetahui sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui. Mereka berkeyakinan bahwa al-Bada’ ini terjadi pada Allah l. Bahkan mereka berlebihan dalam hal ini. Al-Kulaini dalam al-Kafi (1/111), meriwayatkan dari Abu Abdillah (ia berkata), “Tidak ada pengagungan kepada Allah yang melebihi al-Bada’.” (Dinukil dari Firaq Mu’ashirah, 1/252)
Suatu keyakinan kafir yang sebelumnya diyakini oleh Yahudi4.
Demikianlah beberapa dari sekian banyak prinsip Syi’ah Rafidhah, yang darinya saja sudah sangat jelas kesesatan dan penyimpangannya. Namun sayang, tanpa rasa malu al-Khumaini (Khomeini) berkata, “Sesungguhnya dengan penuh keberanian aku katakan bahwa jutaan masyarakat Iran di masa sekarang lebih utama dari masyarakat Hijaz (Makkah dan Madinah, pen.) di masa Rasulullah n, serta lebih utama dari masyarakat Kufah dan Irak di masa Amirul Mukminin (‘Ali bin Abu Thalib) dan Husein bin ‘Ali.”
(al-Washiyyah al-Ilahiyyah, hlm. 16, dinukil dari Firaq Mu’ashirah, hlm. 192)
Demikianlah beberapa dari sekian banyak prinsip Syi’ah Rafidhah, yang darinya saja sudah sangat jelas kesesatan dan penyimpangannya. Namun sayang, tanpa rasa malu al-Khumaini (Khomeini) berkata, “Sesungguhnya dengan penuh keberanian aku katakan bahwa jutaan masyarakat Iran di masa sekarang lebih utama dari masyarakat Hijaz (Makkah dan Madinah, pen.) di masa Rasulullah n, serta lebih utama dari masyarakat Kufah dan Irak di masa Amirul Mukminin (‘Ali bin Abu Thalib) dan Husein bin ‘Ali.”
(al-Washiyyah al-Ilahiyyah, hlm. 16, dinukil dari Firaq Mu’ashirah, hlm. 192)
Perkataan Ulama tentang Syi’ah Rafidhah
Asy-Syaikh Dr. Ibrahim ar-Ruhaili di dalam kitabnya al-Intishar Lish
Shahbi wal Aal (hlm. 100—153) menukilkan sekian banyak perkataan ulama
tentang mereka. Namun karena sangat terbatasnya ruang rubrik ini, maka
hanya bisa ternukil sebagiannya saja.
1. Al-Imam ‘Amir asy-Sya’bi berkata,
“Aku tidak pernah melihat kaum
yang lebih dungu dari Syi’ah.” (as-Sunnah, 2/549, karya Abdullah bin
al-Imam Ahmad)
2. Al-Imam Sufyan ats-Tsauri ketika ditanya tentang seseorang yang
mencela Abu Bakr dan ‘Umar, beliau berkata,
“Ia telah kafir kepada
Allah ”
Kemudian ditanya,
“Apakah kita menshalatinya (bila meninggal
dunia)?”
Beliau berkata, “Tidak, tiada kehormatan (baginya)….” (Siyar
A’lamin Nubala, 7/253)
3. Al-Imam Malik dan al-Imam Asy-Syafi’i rahimahumallah, telah disebut di atas.
4. Al-Imam Ahmad bin Hanbal berkata,
“Aku tidak melihat dia (orang
yang mencela Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Aisyah g) itu sebagai orang Islam.”
(as-Sunnah, 1/493, karya al-Khallal)
5. Al-Imam al-Bukhari berkata,
“Bagiku sama saja apakah aku shalat
di belakang Jahmi (penganut Jahmiyah, red.) dan Rafidhi (penganut Syiah
Rafidhah, red.), atau di belakang Yahudi dan Nashara (yakni sama-sama
tidak boleh, red.). Mereka tidak boleh diberi salam, tidak dikunjungi
ketika sakit, tidak dinikahkan, tidak dijadikan saksi, dan tidak dimakan
sembelihan mereka.” (Khalqu Af’alil ‘Ibad, hlm. 125)
6. Al-Imam Abu Zur’ah ar-Razi berkata,
“Jika engkau melihat orang
yang mencela salah satu dari sahabat Rasulullah n, maka ketahuilah bahwa
ia seorang zindiq. Yang demikian itu karena Rasul bagi kita adalah haq
dan Al-Qur’an haq, dan sesungguhnya yang menyampaikan Al-Qur’an dan
As-Sunnah adalah para sahabat Rasulullah n. Sungguh mereka mencela para
saksi kita (para sahabat) dengan tujuan untuk meniadakan Al-Qur’an dan
As-Sunnah. Mereka (Rafidhah) lebih pantas untuk dicela dan mereka adalah
zanadiqah (orang-orang zindiq).” (al-Kifayah, hlm. 49, karya al-Khathib
al-Baghdadi t)
Demikianlah selayang pandang tentang Syi’ah Rafidhah, mudah-mudahan bisa
menjadi pelita dalam kegelapan dan embun penyejuk bagi pencari
kebenaran. Amin.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Wallahu a’lam bish-shawab.
1 Pandangan ini tentunya bertentangan
dengan ajaran Rasulullah sebagaimana yang terdapat dalam banyak sabda
beliau, di antaranya dalam Shahih Muslim, “Kitabul Imarah”.
2 Untuk lebih rincinya tentang Abdullah bin Saba’, lihat al-Kamil fit
Tarikh, 3/154, karya Ibnul Atsir, al-Bidayah wan Nihayah, 7/176, karya
Ibnu Katsir, dan Badzlul Majhud fi Itsbati Musyabahatir Rafidhati lil
Yahudi, karya Abdullah al-Jumaili, 1/98—164.
3 Menurut mereka, rukun Islam juga ada lima, akan tetapi mereka mengganti dua kalimat syahadat dengan imamah.
4 Secara jujur, ada kemiripan antara prinsip (akidah) mereka dengan
prinsip (akidah) Yahudi, sebagaimana yang dinyatakan oleh para ulama.
Untuk lebih rincinya, lihat kitab Badzlul Majhud fi Itsbati Musyabahatir
Rafidhati lil Yahud, karya Abdullah al-Jumaili.
Diambil Dari : (http://asysyariah.com/membongkar-kesesatan-syiah.html)
Segala
puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Zat Yang Maha Sempurna nama-nama
dan sifat-sifat-Nya. Saudaraku, sesungguhnya jalan kebenaran sangatlah
jelas, begitu pula jalan kesesatan begitu gamblangnya. Semuanya telah
ditunjukkan oleh Allah Ta’ala dan diterangkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dengan sejelas-jelasnya. Maka barangsiapa yang mengambil petunjuk dari
Allah dan rasul-Nya dia akan meniti jalan kebenaran, sedangkan yang
meninggalkannya akan terjerumus ke dalam jurang kesesatan. Di antara
kelompok yang jauh menyimpang dari ajaran Allah dan rasul-Nya adalah
ajaran Syi’ah. Walaupun mereka mengaku Islam, namun hakekatnya mereka
bukanlah Islam. Kita akan lihat bagaimana akidah dan keyakinan Syi’ah
yang disebutkan dalam kitab-kitab mereka sehingga kita bisa menilai
siapa mereka sesungguhnya.
Akidah Syi’ah Tentang Nama dan Sifat Allah
Di antara akidah Syi’ah tentang nama dan sifat Allah adalah :
Di antara akidah Syi’ah berkenaan dengan tauhid adalah :
Di antara akidah Syi’ah tentang Al Qur’an adalah :
Di antara akidah Syi’ah tentang Ali dan Ahlul Bait adalah :
Di antara akidah Syi’ah tentang sahabat Nabi adalah :
Di antara akidah Syi’ah tentang imam-imam mereka adalah :
Yang dimaksud taqiyyah menurut ulama Syi’ah adalah adalah
Di antara akidah Syi’ah tentang taqiyyah adalah :
Komentar Para Ulama Tentang Syi’ah
Untuk lebih menunjukkan kesesatan Syi’ah, berikut kami nukilkan beberapa komentar para ulama besar tentang ajaran Syi’ah.
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang firman Allah :
Setelah menyimak pembahasan di atas, silakan para pembaca menilai sendiri. Berdasarkan akidah-akidah yang ada pada mereka, jelas menunjukkan kesesatan mereka. Begitu jauhnya mereka dari ajaran agama Islam. Semoga Allah Ta’ala senantiasa menunjukkan kita jalan yang lurus dan senantiasa memberi taufiq agar kita istiqamah di atasnya.
Wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad.
Sumber :
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Zat Yang Maha Sempurna nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Saudaraku, sesungguhnya jalan kebenaran sangatlah jelas, begitu pula jalan kesesatan begitu gamblangnya. Semuanya telah ditunjukkan oleh Allah Ta’ala dan diterangkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sejelas-jelasnya. Maka barangsiapa yang mengambil petunjuk dari Allah dan rasul-Nya dia akan meniti jalan kebenaran, sedangkan yang meninggalkannya akan terjerumus ke dalam jurang kesesatan. Di antara kelompok yang jauh menyimpang dari ajaran Allah dan rasul-Nya adalah ajaran Syi’ah. Walaupun mereka mengaku Islam, namun hakekatnya mereka bukanlah Islam. Kita akan lihat bagaimana akidah dan keyakinan Syi’ah yang disebutkan dalam kitab-kitab mereka sehingga kita bisa menilai siapa mereka sesungguhnya.
Akidah Syi’ah Tentang Nama dan Sifat Allah
Segala
puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Zat Yang Maha Sempurna nama-nama
dan sifat-sifat-Nya. Saudaraku, sesungguhnya jalan kebenaran sangatlah
jelas, begitu pula jalan kesesatan begitu gamblangnya. Semuanya telah
ditunjukkan oleh Allah Ta’ala dan diterangkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dengan sejelas-jelasnya. Maka barangsiapa yang mengambil petunjuk dari
Allah dan rasul-Nya dia akan meniti jalan kebenaran, sedangkan yang
meninggalkannya akan terjerumus ke dalam jurang kesesatan. Di antara
kelompok yang jauh menyimpang dari ajaran Allah dan rasul-Nya adalah
ajaran Syi’ah. Walaupun mereka mengaku Islam, namun hakekatnya mereka
bukanlah Islam. Kita akan lihat bagaimana akidah dan keyakinan Syi’ah
yang disebutkan dalam kitab-kitab mereka sehingga kita bisa menilai
siapa mereka sesungguhnya.Akidah Syi’ah Tentang Nama dan Sifat Allah
Di antara akidah Syi’ah tentang nama dan sifat Allah adalah :
- Syi’ah menafikan (meniadakan) sifat nuzul (turun-Nya Allah) bagi Allah ke langit dunia dan menghukumi kafir bagi yang menetapkan hal tersebut. (Ushuulul Kaafi 1/103).
- Syi’ah menyifati imam-imam mereka dengan sifat-sifat Allah dan menamai mereka dengan nama-nama Allah Ta’ala. (Lihat Kitab Ushuulul Kaafi 1/103)
Di antara akidah Syi’ah berkenaan dengan tauhid adalah :
- Syi’ah meyakini bahwa planet-planet dan bintang-bintang mereka memiliki pengaruh bagi kebahagaiaan dan kesengsaraan serta nasib masuk surga dan neraka (Ar Raudhatu minal Kaafi 8/2103)
- Syi’ah meyakini bahwasanya syahadat Laa ilaaha illallah dan Muhammad Rasulullah harus disertai dengan persaksian bahwa Ali adalah wali Allah. Merka senantiasa mengulang-ulangnya dalam adzan mereka dan setiap setelah selesai shalat dan ketika mentalkin orang yang sudah meninggal. (Kitab Furuu’il Kaafi 3/82)
- Syi’ah meyakini bahwa Allah mengutus Jibril untuk membawa wahyu kepada Ali, namun Jibril keliru memberikan wahyu kepada Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam (Kitab Al Maniyatu wal Amal fii Syarhil Milal Wan Nahl 30)
Di antara akidah Syi’ah tentang Al Qur’an adalah :
- Syi’ah meyakini bahwa Al Qur’an yang sekarang ada bukanlah Al Qur’an yang diturunkan kepada Muhammad shalllahu ‘alaihi wa sallam, bahkan sudah diganti, diberi tambahan, dan dikurangi. Muhaddits Syi’ah meyakini bahwa sudah ada perubahan dalam Al Qur’an sebagaimana disebutkan oleh An Nauri At Tabrasi dalam kitab Faslul Khitab fii Tahrifi Kitabi Rabbil Arbaab.
- Syi’ah meyakini bahwa Al Qur’anul Karim ada yang kurang dan Al Qur’an yang sesungguhnya naik ke langit ketika para sahabat murtad. (Kitab At Tanbih war Radd 25)
Di antara akidah Syi’ah tentang Ali dan Ahlul Bait adalah :
- Menurut Syi’ah bahwa yang pertama kali akan ditanyalan pada mayit di kuburnya adalah tentang kecintaan terhadap Ahlul Bait (Kitab Baharul Anwar 27/79).
- Syi’ah mengatakan bahwa Ali dapat menghidupkan mayit (Lihat Kitab Ushuulul Kaafi 1/90-91)
- Para ulama Syi’ah mengatakan bahwa debu dan lumpur di kubur Al Husain adalah obat untuk segala penyakit (Kitab Al Amaliy 318)
Di antara akidah Syi’ah tentang sahabat Nabi adalah :
- Syi’ah meyakini bahwa barangsiapa yang melaknat Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, ‘Aisyah, Hafsah radhiyallahu ‘anhum setiap selesai shalat maka dia sungguh telah mendekatkan diri kepada Allah dengan pendekatan diri yang paling utama. (Kitab Furuu’il Kaafi 3/224)
- Syi’ah meyakini bahwa seluruh manusia murtad setelah wafatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kecuali empat orang : Salman Al Farisi, Abu Dzar Al Ghifari, Miqdad bin Aswad, dan ‘Ammar bin Yasir (Al Anwar An Ni’maaniyah 1:81)
- Syi’ah meyakini bahwa Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu menghabiskan banyak waktu hidupnya untuk menyembah berhala, dan iman beliau seperti imannya orang Yahudi dan Nasrani. Abu Bakar shalat di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sementara berhala tergantung di lehernya dan Abu Bakar sujud kepadanya. (Lihat Baharul Anwar 25/172)
- Sesungguhnya Abu Bakar dan ‘Umar keduanya telah kafir.. dan orang yang mencintai keduanya maka dia juga kafir. (Haqqul Yaqin 522)
- Syi’ah mengatakan bahwa ‘Utsaman bin Affan di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam termasuk orang yang secara lahir menampakkan Islam namun menyembunyikan sifat munafik. (Kitab Al Anwar An Ni’maaniyah 1:81)
- Syi’ah meyakini bahwa barangsiapa berlepas diri dan meolak tiga khalifah -yakni Abu Bakar, ‘Umar, dan ‘Utsman- dalam setiap malam, apabila dia mati di malam tersebut maka dia masuk surga (Lihat Kitab Ushuulul Kaafi)
- Syi’ah meyakini bahwa ‘Aisyah binti Abu Bakar dan Hafsah binti ‘Umar kafir (Kitab Tafsir Al Qumi 597)
- Syi’ah meyakini bahwa salah satu pintu neraka adalah untuk ‘Asiyah radhiyallahu ‘anha (Lihat Tafsir Al ‘Ayasyi 2/362)
- Syi’ah mengatakan bahwa ‘Aisyah adalah wanita pezina (Lihat Kitab ‘Ilalul Syaraa-i’ 2:565 dan Haqqul Yaqin 347)
Di antara akidah Syi’ah tentang imam-imam mereka adalah :
- Syi’ah menyakini bahwa imam-imam mereka adalah perantara antara Allah dan makhluk-Nya (Kitab Baharul Anwar 23/5-99)
- Syi’ah tidak membedakan antara Allah dan imam-imam mereka (Lihat Mashabihul Anwar 2/397)
- Syi;ah meyakini bahwa imam-imam mereka tidaklah berbicara keculai berdasarkan wahyu (Kitab Baharul Anwar 17/155)
- Syi’ah meyakini bahwa imam-imam mereka memiliki kedudukan yang tidak dapat dicapai oleh para nabi dan malaikat (Al Hukumah Al Islamiyah 52)
- Syi’ah meyakini bahwa perhitungan amal seluruh makhluk pada hari kiamat adalah kepada imam mereka (Kitab Al Fushuul Muhimmah fii Ushuulil Aimmah 1:446)
- Syi’ah meyakini bahwa menziarahi kuburan para imam dan wali mereka merupakan suatu kewajiban dan kafir bagi yang meninggalkannya ( Kitab Kamaluz Ziyaarat 183)
Yang dimaksud taqiyyah menurut ulama Syi’ah adalah adalah
(( التقية أن تقول أو تفعل غير ما تعتقد، لتدفع الضرر عن نفسك أو مالك او لتحفظ بكرامتك))
Taqiyyah adalah berkata atau berbuat yang tidak sesuai dengan apa
yang diyakini, untuk menghindari mudharat yang mengancam jiwa dan
hartamu atau untuk menjaga kehormatanmu.Di antara akidah Syi’ah tentang taqiyyah adalah :
- Mereka mengatakan : “ Tidak ada iman bagi yang tidak melakukan taqiyyah” (Syarhu ‘Aqaaids Shudduuq 261)
- Menurut Syi’ah, barangsiapa yang meninggalkan taqiyyah seperti meninggalkan shalat dan meninggalkannya termasuk dosa besar.. Mereka bermualah bersama kita dan melaksanakan sunnah dengan taqiyyah. Bahkan mereka mengatakan : “ Barangsiapa yang meninggalkan taqiyyah maka dia kafir dari agama Allah. (Kitab Man Laa Yahdharahul Faqiih)
- Disebutkan dalam kitab Ushuulul Kaafi dari Abu ‘Abdillah, dia mengatakan : “Ber-taqiyyah-lah dalam agama kalian, dan berhujjahlah dengan taqiyyah, sesungguhnya tidak ada iman bagi yang tidak ber-taqiyyah”
Komentar Para Ulama Tentang Syi’ah
Untuk lebih menunjukkan kesesatan Syi’ah, berikut kami nukilkan beberapa komentar para ulama besar tentang ajaran Syi’ah.
قال شيخ الاسلام ابن تيمية –
رحمه الله رحمة واسعة – : (( وقد اتفق أهل العلم بالنقل والرواية والاسناد
على أن الرافضة أكذب الطوائف، والكذب فيهم قديم، ولهذا كان أئمة الاسلام
يعلمون امتيازهم بكثرة الكذب ))
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata : “Ahli ilmu
telah sepakat bahwa Syi’ah Rafidhah merupakan kelompok paling pendusta,
dan kedustaan mereka sudah lama dan usang. Oleh karena itu para ulama
Islam mengetahui kekhususan mereka dengan banyaknya kedustaan yang ada
pada mereka”.
(( سئل مالك – رحمه الله – عن الرافضة فقال : لاتكلمهم ولا تروي عنهم فإنهم يكذبون. ))
Imam Malik rahimahullah pernah ditanya tentang Rafidhah,
beliau mengatakan : “ Jangan berbicara dengan mereka, jangan
meriwayatkan dari mereka karena mereka adalah pendusta”.Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang firman Allah :
محمد رسول الله والذين معه
أشداء على الكفار رحماء بينهم تراهم ركعا سجدا يبتغون فضلا من الله ورضوانا
سيماهم في وجوههم من أثر السجود ذلك مثلهم في التوارة ومثلهم في الإنجيل
كزرع أخرج شطئه فئازره فاستغلظ فاستوى على سوقه يعجب الزراع ليغيظ بهم
الكفار
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama
dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih
sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia
Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari
bekas sujud . Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan
sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan
tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi
besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya. tanaman itu menyenangkan
hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati
orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu’min)” (Al Fath:29)
(( ومن هذه الآية انتزع الإمام
مالك – رحمة الله عليه – في رواية عنه بتكفير الروافض الذين يبغضون الصحابة
– رضوان الله عليهم – قال : لأنهم يغيظونهم ومن غاظ الصحابة – رضي الله
عنهم – فهو كافر لهذه الآية )).
Beliau rahimahullah mengatakan : “Berdasarkan ayat ini Imam
Malik mengkafirkan Rafidhah yang membenci para sahabat . Karena mereka
tidak suka kepada para sahabat. Barang siapa yang tidak suka (benci)
kepada sahabat, maka dia telah kafir berdasarkan ayat ini.
وقال أبو حاتم : (( حدثنا حرملة قال : سمعت الشافعي – رحمه الله – يقول لم أرَ أحداً أشهد بالزور من الرافضة )).
Abu Hatim mengatakan : “ Telah menceritakan kepadaku Harmalah, dia berkata : “Aku mendengar Imam Syafi’i rahimahullah mengatakan” : “ Aku tidak pernah melihat seorangpun yang lebih parah kejelekannya daripada Syi’ah Rafidhah”Setelah menyimak pembahasan di atas, silakan para pembaca menilai sendiri. Berdasarkan akidah-akidah yang ada pada mereka, jelas menunjukkan kesesatan mereka. Begitu jauhnya mereka dari ajaran agama Islam. Semoga Allah Ta’ala senantiasa menunjukkan kita jalan yang lurus dan senantiasa memberi taufiq agar kita istiqamah di atasnya.
Wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad.
Sumber :
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Zat Yang Maha Sempurna nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Saudaraku, sesungguhnya jalan kebenaran sangatlah jelas, begitu pula jalan kesesatan begitu gamblangnya. Semuanya telah ditunjukkan oleh Allah Ta’ala dan diterangkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sejelas-jelasnya. Maka barangsiapa yang mengambil petunjuk dari Allah dan rasul-Nya dia akan meniti jalan kebenaran, sedangkan yang meninggalkannya akan terjerumus ke dalam jurang kesesatan. Di antara kelompok yang jauh menyimpang dari ajaran Allah dan rasul-Nya adalah ajaran Syi’ah. Walaupun mereka mengaku Islam, namun hakekatnya mereka bukanlah Islam. Kita akan lihat bagaimana akidah dan keyakinan Syi’ah yang disebutkan dalam kitab-kitab mereka sehingga kita bisa menilai siapa mereka sesungguhnya.
Akidah Syi’ah Tentang Nama dan Sifat Allah
Akidah Syi’ah Tentang Nama dan Sifat Allah
Di antara akidah Syi’ah tentang nama dan sifat Allah adalah :
- Syi’ah menafikan (meniadakan) sifat nuzul (turun-Nya Allah) bagi Allah ke langit dunia dan menghukumi kafir bagi yang menetapkan hal tersebut. (Ushuulul Kaafi 1/103).
- Syi’ah menyifati imam-imam mereka dengan sifat-sifat Allah dan menamai mereka dengan nama-nama Allah Ta’ala. (Lihat Kitab Ushuulul Kaafi 1/103)
Di antara akidah Syi’ah berkenaan dengan tauhid adalah :
- Syi’ah meyakini bahwa planet-planet dan bintang-bintang mereka memiliki pengaruh bagi kebahagaiaan dan kesengsaraan serta nasib masuk surga dan neraka (Ar Raudhatu minal Kaafi 8/2103)
- Syi’ah meyakini bahwasanya syahadat Laa ilaaha illallah dan Muhammad Rasulullah harus disertai dengan persaksian bahwa Ali adalah wali Allah. Merka senantiasa mengulang-ulangnya dalam adzan mereka dan setiap setelah selesai shalat dan ketika mentalkin orang yang sudah meninggal. (Kitab Furuu’il Kaafi 3/82)
- Syi’ah meyakini bahwa Allah mengutus Jibril untuk membawa wahyu kepada Ali, namun Jibril keliru memberikan wahyu kepada Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam (Kitab Al Maniyatu wal Amal fii Syarhil Milal Wan Nahl 30)
Di antara akidah Syi’ah tentang Al Qur’an adalah :
- Syi’ah meyakini bahwa Al Qur’an yang sekarang ada bukanlah Al Qur’an yang diturunkan kepada Muhammad shalllahu ‘alaihi wa sallam, bahkan sudah diganti, diberi tambahan, dan dikurangi. Muhaddits Syi’ah meyakini bahwa sudah ada perubahan dalam Al Qur’an sebagaimana disebutkan oleh An Nauri At Tabrasi dalam kitab Faslul Khitab fii Tahrifi Kitabi Rabbil Arbaab.
- Syi’ah meyakini bahwa Al Qur’anul Karim ada yang kurang dan Al Qur’an yang sesungguhnya naik ke langit ketika para sahabat murtad. (Kitab At Tanbih war Radd 25)
Di antara akidah Syi’ah tentang Ali dan Ahlul Bait adalah :
- Menurut Syi’ah bahwa yang pertama kali akan ditanyalan pada mayit di kuburnya adalah tentang kecintaan terhadap Ahlul Bait (Kitab Baharul Anwar 27/79).
- Syi’ah mengatakan bahwa Ali dapat menghidupkan mayit (Lihat Kitab Ushuulul Kaafi 1/90-91)
- Para ulama Syi’ah mengatakan bahwa debu dan lumpur di kubur Al Husain adalah obat untuk segala penyakit (Kitab Al Amaliy 318)
Di antara akidah Syi’ah tentang sahabat Nabi adalah :
- Syi’ah meyakini bahwa barangsiapa yang melaknat Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, ‘Aisyah, Hafsah radhiyallahu ‘anhum setiap selesai shalat maka dia sungguh telah mendekatkan diri kepada Allah dengan pendekatan diri yang paling utama. (Kitab Furuu’il Kaafi 3/224)
- Syi’ah meyakini bahwa seluruh manusia murtad setelah wafatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kecuali empat orang : Salman Al Farisi, Abu Dzar Al Ghifari, Miqdad bin Aswad, dan ‘Ammar bin Yasir (Al Anwar An Ni’maaniyah 1:81)
- Syi’ah meyakini bahwa Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu menghabiskan banyak waktu hidupnya untuk menyembah berhala, dan iman beliau seperti imannya orang Yahudi dan Nasrani. Abu Bakar shalat di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sementara berhala tergantung di lehernya dan Abu Bakar sujud kepadanya. (Lihat Baharul Anwar 25/172)
- Sesungguhnya Abu Bakar dan ‘Umar keduanya telah kafir.. dan orang yang mencintai keduanya maka dia juga kafir. (Haqqul Yaqin 522)
- Syi’ah mengatakan bahwa ‘Utsaman bin Affan di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam termasuk orang yang secara lahir menampakkan Islam namun menyembunyikan sifat munafik. (Kitab Al Anwar An Ni’maaniyah 1:81)
- Syi’ah meyakini bahwa barangsiapa berlepas diri dan meolak tiga khalifah -yakni Abu Bakar, ‘Umar, dan ‘Utsman- dalam setiap malam, apabila dia mati di malam tersebut maka dia masuk surga (Lihat Kitab Ushuulul Kaafi)
- Syi’ah meyakini bahwa ‘Aisyah binti Abu Bakar dan Hafsah binti ‘Umar kafir (Kitab Tafsir Al Qumi 597)
- Syi’ah meyakini bahwa salah satu pintu neraka adalah untuk ‘Asiyah radhiyallahu ‘anha (Lihat Tafsir Al ‘Ayasyi 2/362)
- Syi’ah mengatakan bahwa ‘Aisyah adalah wanita pezina (Lihat Kitab ‘Ilalul Syaraa-i’ 2:565 dan Haqqul Yaqin 347)
Di antara akidah Syi’ah tentang imam-imam mereka adalah :
- Syi’ah menyakini bahwa imam-imam mereka adalah perantara antara Allah dan makhluk-Nya (Kitab Baharul Anwar 23/5-99)
- Syi’ah tidak membedakan antara Allah dan imam-imam mereka (Lihat Mashabihul Anwar 2/397)
- Syi;ah meyakini bahwa imam-imam mereka tidaklah berbicara keculai berdasarkan wahyu (Kitab Baharul Anwar 17/155)
- Syi’ah meyakini bahwa imam-imam mereka memiliki kedudukan yang tidak dapat dicapai oleh para nabi dan malaikat (Al Hukumah Al Islamiyah 52)
- Syi’ah meyakini bahwa perhitungan amal seluruh makhluk pada hari kiamat adalah kepada imam mereka (Kitab Al Fushuul Muhimmah fii Ushuulil Aimmah 1:446)
- Syi’ah meyakini bahwa menziarahi kuburan para imam dan wali mereka merupakan suatu kewajiban dan kafir bagi yang meninggalkannya ( Kitab Kamaluz Ziyaarat 183)
Yang dimaksud taqiyyah menurut ulama Syi’ah adalah adalah
(( التقية أن تقول أو تفعل غير ما تعتقد، لتدفع الضرر عن نفسك أو مالك او لتحفظ بكرامتك))
Taqiyyah adalah berkata atau berbuat yang tidak sesuai dengan apa
yang diyakini, untuk menghindari mudharat yang mengancam jiwa dan
hartamu atau untuk menjaga kehormatanmu.Di antara akidah Syi’ah tentang taqiyyah adalah :
- Mereka mengatakan : “ Tidak ada iman bagi yang tidak melakukan taqiyyah” (Syarhu ‘Aqaaids Shudduuq 261)
- Menurut Syi’ah, barangsiapa yang meninggalkan taqiyyah seperti meninggalkan shalat dan meninggalkannya termasuk dosa besar.. Mereka bermualah bersama kita dan melaksanakan sunnah dengan taqiyyah. Bahkan mereka mengatakan : “ Barangsiapa yang meninggalkan taqiyyah maka dia kafir dari agama Allah. (Kitab Man Laa Yahdharahul Faqiih)
- Disebutkan dalam kitab Ushuulul Kaafi dari Abu ‘Abdillah, dia mengatakan : “Ber-taqiyyah-lah dalam agama kalian, dan berhujjahlah dengan taqiyyah, sesungguhnya tidak ada iman bagi yang tidak ber-taqiyyah”
Komentar Para Ulama Tentang Syi’ah
Untuk lebih menunjukkan kesesatan Syi’ah, berikut kami nukilkan beberapa komentar para ulama besar tentang ajaran Syi’ah.
قال شيخ الاسلام ابن تيمية –
رحمه الله رحمة واسعة – : (( وقد اتفق أهل العلم بالنقل والرواية والاسناد
على أن الرافضة أكذب الطوائف، والكذب فيهم قديم، ولهذا كان أئمة الاسلام
يعلمون امتيازهم بكثرة الكذب ))
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata : “Ahli ilmu
telah sepakat bahwa Syi’ah Rafidhah merupakan kelompok paling pendusta,
dan kedustaan mereka sudah lama dan usang. Oleh karena itu para ulama
Islam mengetahui kekhususan mereka dengan banyaknya kedustaan yang ada
pada mereka”.
(( سئل مالك – رحمه الله – عن الرافضة فقال : لاتكلمهم ولا تروي عنهم فإنهم يكذبون. ))
Imam Malik rahimahullah pernah ditanya tentang Rafidhah,
beliau mengatakan : “ Jangan berbicara dengan mereka, jangan
meriwayatkan dari mereka karena mereka adalah pendusta”.Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang firman Allah :
محمد رسول الله والذين معه
أشداء على الكفار رحماء بينهم تراهم ركعا سجدا يبتغون فضلا من الله ورضوانا
سيماهم في وجوههم من أثر السجود ذلك مثلهم في التوارة ومثلهم في الإنجيل
كزرع أخرج شطئه فئازره فاستغلظ فاستوى على سوقه يعجب الزراع ليغيظ بهم
الكفار
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama
dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih
sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia
Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari
bekas sujud . Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan
sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan
tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi
besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya. tanaman itu menyenangkan
hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati
orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu’min)” (Al Fath:29)
(( ومن هذه الآية انتزع الإمام
مالك – رحمة الله عليه – في رواية عنه بتكفير الروافض الذين يبغضون الصحابة
– رضوان الله عليهم – قال : لأنهم يغيظونهم ومن غاظ الصحابة – رضي الله
عنهم – فهو كافر لهذه الآية )).
Beliau rahimahullah mengatakan : “Berdasarkan ayat ini Imam
Malik mengkafirkan Rafidhah yang membenci para sahabat . Karena mereka
tidak suka kepada para sahabat. Barang siapa yang tidak suka (benci)
kepada sahabat, maka dia telah kafir berdasarkan ayat ini.
وقال أبو حاتم : (( حدثنا حرملة قال : سمعت الشافعي – رحمه الله – يقول لم أرَ أحداً أشهد بالزور من الرافضة )).
Abu Hatim mengatakan : “ Telah menceritakan kepadaku Harmalah, dia berkata : “Aku mendengar Imam Syafi’i rahimahullah mengatakan” : “ Aku tidak pernah melihat seorangpun yang lebih parah kejelekannya daripada Syi’ah Rafidhah”Setelah menyimak pembahasan di atas, silakan para pembaca menilai sendiri. Berdasarkan akidah-akidah yang ada pada mereka, jelas menunjukkan kesesatan mereka. Begitu jauhnya mereka dari ajaran agama Islam. Semoga Allah Ta’ala senantiasa menunjukkan kita jalan yang lurus dan senantiasa memberi taufiq agar kita istiqamah di atasnya.
Wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SILAHKAN TINGGALKAN PESAN DAN SARAN YANG BERSIFAT MEMBANGUN